PEKANBARU, (NVC) | Sebagai ‘Profesi Terbuka’ dengan kewenangan berburu informasi, seyogianya, Wartawan bisa dijadikan ‘Jembatan Emas’ menuju sukses.
Direktur Utama, Lembaga Pendidikan Wartawan, Pekanbaru Journalist Center (PJC), Drs. Wahyudi El Panggabean, M.H., mengatakan itu, saat membuka Pelatihan Jurnalistik, di Grand Central Hotel, Pekanbaru, Senin (3/6).
“Ironis sekali, jika profesi mulya ini, yang mestinya sebagai jembatan emas untuk meraih sukses, justru dijadikan sarana berburu fulus skala recehan,” kata Wahyudi pada Pelatihan Jurnalistik bertajuk:
“Peningkatan Kompetensi Wartawan dan Pemimpin Redaksi Media Berita se – Provinsi Riau”.
Pelatihan Jurnalistik ini merupakan agenda rutin PJC yang pada kesempatan kali ini, Riau Petroleum (Perseroda) bertindak sebagai Sponsor Ship utama.
Pada pelatihan itu, Wahyudi tampil sebagai Pembicara Utama dengan materi:
“Strategi Wartawan Menerapkan Langkah-Langkah Profesional Menembus Narasumber”.
Dua pembicara lainnya mengisi aktivitas pelatihan full day itu. Owner GrizMedia, Jakarta, Gemal Abdel Nasser Panggabean, S.H., tampil dengan materi bertajuk: “Menjadi Jurnalis Era Digital”.
Advokat Senior, Asmanidar, S H., mengulas problematika peluang ancaman pidana bagi Jurnalis lewat materi: “Strategi Wartawan Menghindari Delik Pers”.
Lomba Menulis Berita bagi peserta pelatihan menjadi bagian akhir acara ini, dengan pemenang :
Juara 1 diraih oleh: Bowoziduhu Bawamenewi (Pemimpin Redaksi, NadaViral.Com). Juara 2 diraih Suandra (Wartawan dari Media Korda investigasi86.com). Juara 3 diraih Nur Azizah Melani, S.Kom (Wartawati GoRiau.Com).
Berbicara di hadapan 50 peserta yang didominasi para pemimpin redaksi media berita, jurnalis dan staf humas instansi itu, Wahyudi menyebut, wartawan mesti fokus pada fungsi dan kewenangan yang dipunyainya.
Itu artinya, pekerja profesi ini, jelasnya mesti lebih dulu belajar dan berlatih skill jurnalistik. Mulai dari Kode Etik, Teknik Wawancara Menulis Berita, Strategi Menembus Narasumber.
“Serta berbagai ilmu yang dibutuhkan seorang wartawan. Tetapi, aktivitas belajar itu tidak boleh berhenti,” kata Master Trainer itu.
Penulis buku-buku Jurnalistik itu mengatakan, seni berkomunikasi menjadi ilmu terpenting bagi seorang wartawan dalam menjalani prosesi kinerja jurnalistiknya.
Melengkapi skill jurnalismenya, demikian Wahyudi, kemampuan berkomunikasi yang baik tentu akan mendukung tugas seorang wartawan.
Perpaduan skill jurnalisme dan komunikasi yang handal, kata Wahyudi menjadi perekat dalam membina hubungan sesama manakala seorang wartawan tengah menjalankan profesinya.
“Lantas, bukankah keberhasilan berkomunikasi menjadi penentu utama untuk meraih sukses?” Wahyudi bertanya.
Sebaliknya, lanjutnya, bagi pihak-pihak yang mengaku sebagai wartawan, tetapi tanpa skill jurnalisme yang memadai karena malas belajar, justru akan berakibat fatal.
“Dari situasi loss skill jurnalisme inilah, tersemai bibit-bibit komunitas “Jurnalis Vulture” alias ‘Jurnalis Pemangsa Bangkai’ hasil pemerasan dan menyasar para oknum penguasa korup,” katanya.
Untuk itu, saran Wahyudi yang nyaris 40 tahun menekuni profesi wartawan itu , jika ingin sukses para jurnalis, mesti meletakkan kemuliaan profesi wartawan pada proporsinya.
“Caranya: kuasai ilmunya, jalani dengan sepenuh hati, taati Kode Etik, fokus dan terus belajar. Sukses adalah jawabannya,” tegas Wahyudi. ***
Editor: Red